Minggu, 14 Maret 2010



Selama MTQ jumlah pengunjung semakin meningkat.

Situs Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura.

Senin, 20 April 2009 Oleh Gusdut • Pariwisata
Salah satu peserta MTQ ini, melihat langsung Prasasti yupa berupa  lesong batu.
Salah satu peserta MTQ ini, melihat langsung Prasasti yupa berupa lesong batu.
Foto : Gusdut.

Barang siapa dengan sengaja merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya atau membawa, memindah, mengambil, mengubah bentuk dan warna, memugar dan memisahkan benda cagar budaya. Akan dikenakan pidana penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda setinggi-tingginya 100 juta rupiah.

Demikian pesan yang terpampang pada sekitar lokasi situs kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura yang berada di desa Muara Kaman hulu, kecamatan Muara Kaman kab.Kutai Kartanegara (Kukar). Pesan ini ditujukan untuk masyarakat atau para pengunjung, agar selalu bisa menjaga kelestarian cagar budaya yang ada.

Situs Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura ini, menyimpan beberapa koleksi penting peninggalan sejarah kejayaan Kutai dimasa lampau. Salah satunya yakni berupa prasasti yupa berupa lesong batu yang memiliki nilai sakral yang tinggi serta beberapa makam tua yang ada disekitar lokasi.

Peninggalan sejarah yang berada didalam museum situs di Muara  Kaman.

Peninggalan sejarah yang berada didalam museum situs di Muara Kaman.
Foto : Gusdut.
Ditengah-tengah lingkungan lokasi situs berdiri dengan megahnya sebuah museum yang dibangun pada tahun 2007 untuk menyimpan beberapa koleksi peninggalan yang ada. Namun museum tersebut belum bisa dimanfaatkan, karena belum adanya serah terima dari Balitbangda Kukar ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kukar.

Menurut penjaga situs Effendi D, akhir-akhir ini jumlah pengunjung semakin meningkat. Hal ini dikarenkan pada saat ini Kecamatan Muara Kaman menjadi tuan rumah MTQ ke-31, sehingga banyak dari para kafilah juga ingin melihat secara langsung situs tersebut.

Biasanya wisatawan yang berkunjung berasal dari manca negara dan pengunjung lokal yang berasal dari Balikpapan, samarinda, bontang dan beberapa daerah terdekat,” tambah Effendi.

Ini terbukti adanya pengunjung dari Kecamatan Kembang Janggut yang juga sebagai Kafilah Peserta MTQ ke-31. bersama beberapa temannya, ia menyempatkan diri untuk secara langsung melihat peninggalan sejarah Situs Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura yang sudah terkenal keberadaannya. (@gus)

Tampak berdiri dengan megahnya museum ini, sebagai tempat menyimpan  peninggalan sejarah Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura.

Tampak berdiri dengan megahnya museum ini, sebagai tempat menyimpan peninggalan sejarah Kerajaan Kutai Mulawarman Ing Martadipura.
Foto : Gusdut.

Selasa, 25 November 2008 , 12:21:00

LEMBAGA Adat Kerajaan Kutai Mulawarman yang menggelar upacara adat Erau Muara Kaman 2008 dimulai Minggu (23/11) hingga Sabtu (6/12), dipusatkan di ibukota Kecamatan Muara Kaman. Upacara adat yang dilakukan setiap tahun sekali itu mendapat sambutan meriah dari masyarakat Muara Kaman dan Pemkab Kukar. Pergelaran Erau Muara Kaman ini diharapan mampu menunjukkan dan menjadi peta wisata budaya Kutai Kartanegara.

“Pelaksanaan upacara Adat Erau ini diharapkan mampu mengangkat seni tradisional yang merupakan tradisi asli budaya daerah. Karena tradisi budaya sudah hampir musnah ditelan zaman dan digeser oleh seni modern yang lebih menarik minat generasi muda sekarang,” papar Ketua Pelaksana Erau Muara Kaman 2008, Rahmadi.

Pemkab Kukar berharap agar even Erau Muara Kaman dijadikan salah satu objek untuk Visit Indonesia Year 2008. Karena pesta adat merupakan gambaran dari seni budaya peninggalan kerajaan Kutai Martadipura yang merupakan kerajaan tertua di Indonesia yang sering disebut kerajaan Kutai Mulawarman.

“Erau Muara Kaman ini bertujuan mendukung program pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya yang dikemas dalam sebuah even upacara adat dalam rangka Visit Indonesia Year 2008. Erau juga memperingati hari jadi Kota Mulawarman ke-1658 tahun dan HUT Kecamatan Muara kaman ke-108 yang ditujukan untuk menambah rentetan peta wisata budaya,” jelasnya.

Acara adat dilaksanakan upacara Nyahu Mantang Tubing yang dilaksanakan tujuh hari sebelum acara dimulai. Selanjutnya upacara Jamu Benua yang dilaksanakan di tiga tempat, yaitu pada Kepala Benua di Bukit Martapura, Tengah Benua di Bukit Tanjung Gelumbang, dan Burit Benua di Lebak Pompong Muara Kaman.

Erau Muara Kaman juga menggelar upacara Maharaja Bedudus dan Bepelas Raga dan Pusaka. Pembukaan upacara adat Mulawarman dan acara pasar rakyat berlangsung selama tujuh malam. Pembacaan haul dan ziarah kubur dilakukan hari keeman dan malam hiburan rakyat serta umum selama tujuh malam, lomba olahraga tradisional dilakukan tujuh hari dan pasar rakyat digelar selama 10 malam.

Penutupan upacara adat Mulawarman dan pasar rakyat akan ditandai dengan Melaboh Jukut Baong Putih ke Sungai Mahakam dan Melaboh Lipan di Danau Lipan. Erau juga diakhiri dengan belimbur (bersiraman) yang bakal diikuti seluruh warga Muara Kaman dan pengujung yang datang dari wilayah lain.(hmp06)



Erau Muara Kaman Dijadikan Event Upacara Adat dalam Visit Indonesia Year 2008


Dikirim Selasa, 25 November 2008 Oleh andi | Seni dan Budaya
Salah satu prosesi upacara Erau Muara Kaman
Salah satu prosesi upacara Erau Muara Kaman

TENGGARONG- Upacara Adat Kerajaan Kutai Mulawarman (Erau) dilaksanakan setiap tahunnya dikarenakan dengan maraknya perkembangan pesta wisata sehingga mampu mengangkat seni Tradisional yang merupakan tradisi asli budaya daerah yang sudah hampir musnah ditelan jaman, dan digeser oleh seni modern yang lebih menarik minat generasi muda sekarang. Pelaksanaan Erau ini dimulai 23/11 s/d 06 Desember mendatang di Ibukota Kecamatan Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara (Kukar).

Adapun tentang erau muara kaman, upacara adat mulawarman yang di jadikan Event Upacara Adat dalam Visit Indonesia Year 2008, adalah seni, Budaya peninggalan kerajaan Kutai Martadipura ( Kerajaan Tertua di Indonesia ) yang sering disebut kerajaan Kutai Mulawarman, demikian disampaikan oleh ketua pelaksana Erau Muara Kaman Rahmadi.

“Adapun maksud dan tujuan Erau Muara Kaman ini adalah untuk mendukung program pemerintah, khususnya dinas pariwisata dan budaya yang dikemas dalam sebuah event upacara adat dalam rangka menyambut menyambut visit Indonesia year 2008, serta memperingati hari jadi kota mulawarman ke 1658 th, dan HUT Kec. Muara kaman ke 108,” ujarnya.

Ditambahkannya, acara tersebut ditujukan untuk menambah rentetan peta wisata budaya. Kegiatan erau dilaksanakan oleh panitia pelaksanan dari lembaga adat kerajaan Kutai Mulawarman yang didukung oleh Pemkab Kukar dan Seluruh Lapisan Masyarakat Muara kaman.

“Saya harap tampilan acara erau ini mampu menunjukkan dan menjadi peta wisata budaya Kukar”, harapnya.

Lebih lanjut Rahmadi juga mengatakan, selama pelaksanaan Erau itu, berbagai acara adat dilaksanakan diantaranya Upacara Nyahu Mantang Tubing Yang dilaksanakan 7 hari sebelum acara dimulai, Upacara Jamu Benua yang dilaksanakan di tiga tempat yaitu kepala benua di Bukit Martapura, tengah benua di bukit Tanjung Gelumbang, dan Burit Benua di Lebak Pompong. Serta upacara Maharaja Bedudus dan bepelas raga dan pusaka.

Pembukaan Upacara adat Mulawarman dan acara pasar rakyat, upacara adat merangin selama 7 malam, pembacaan Haul dan Jiarah kubur hari ke 6, malam hiburan rakyat dan Umum selama 7 Malam, olahraga tradisional selama 7 Hari, pasar rakyat selama 10 malam.

”Acara penutupan upacara adat Mulawarman dan Pasar Rakyat dengan rangkaian Melaboh Jukut Baong Putih Kesungai Mahakam dan Melaboh Lipan di Danau Lipan seluruh rangkaian acaran ditutup dengan belimbur,” pungkasnya. (HMP 06)

Mulawarman dan Lingkungan

Di jaman Kerajaan Martadipura, rupanya telah dimulai upaya perlindungan terhadap ikan dari kepunahan akibat penangkapan yang tidak terkendali. Dari cerita rakyat secara turun temurun, di sebuah kdanau kecil bernama Loa Kang, yang terletak di Desa Pela Kec. Kota Bangun ada sebuah larangan sejak zaman Mulawarman, untuk menangkap ikan ditempat ketika musim kemarau.

Ikan di Danau Loa Kang hanya boleh ditangkap ketika musim banjir saja, sedangkan ketika pasca banjir di mana biasanya warga melakukan "pendanauan" atau "mendanau" yaitu kegiatan menangkap ikan secara langsung ketika musim kering, sangat ditabukan. Apabila dilanggar maka yang melakukan pelanggaran dapat jatuh sakit, bahkan meninggal. Obatnya hanya dapat dilakukan dengan cara betawar (mantra) atau belian yaitu pengobatan dengan cara memanggil pawang untuk memerangi roh jahat yang telah membuat "pehunan" (kesambet/tekena tulah).

Dibalik pantangan mistis itu sebenarnya terkandung upaya perlindungan terhadap kelestarian ikan, pasalnya bila telah memasuki musim kemarau, danau-danau di Ulu Mahakam akan mulai mengering. Pada saat itu warga akan mulai panen massal ikan yang terjebak pada lobang air dangkal di dasar danau, dalam pencarian ini mereka tidak akan pandang bulu, mulai yang besar hingga kecil disikat juga. Sehingga perlu adanya upaya perlindungan alam dan itu telah dilakukan Kerajaan Martadipura sejak diperintah Maharaja Mulawarman Naladewa.

Mengenang Kebesaran Kerajaan Hindu Martadipura


Sebagian kita tentu merasa agak asing dengan nama Martadipura, apabila penyebutannya dikaitkan sebagai kerajaan berdiri sendiri. Orang banyak entah karena familiar saja atau terpeleset pengertian dan lidah atau sengaja mempelesetkan saja, lebih senang menyebut kerajaan ini sebagai Kutai Mulawarman atau Kutai Martadipura.

Padahal Kerajaan yang disebut-sebut sebagai Kerajaan tertua di Indonesia ini, adalah sebuah kerajaan yang terpisah sama sekali dari kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Martadipura adalah sebuah kerajaan bercorak hindu, dan didirikan penduduk Asli Kalimantan Timur bersama beberapa bangsawan dan Brahmana dari India pada sekitar abad Ke 4 Masehi.

Baru pada tahun 1635 Martdipura bersatu dalam lingkungan Kekuasaan Kutai Kartanegara, setelah dianeksasi melalui sebuah perang dahsyat yang akhinrnya menghancurkan sama sekali Dinasti Mulawaraman. Ketika perang terjadi Martadipura dipimpin oleh Maharaja Darmasetia raja yang ke 25, dan Kartanegara dipimpin raja ke 8 bernama Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa , yang cukup menarik di sini adalah pemakaian istilah Maharaja bagi raja-raja Martdipura, dan istilah Aji bagi Kartanegara.

Apakah gelaran Aji Pangeran dan Aji Batara serta Aji Dipati, yang dipakai Raja Kutai ini terkait status kerajaan yang sebenarnya masih merupakan daerah vasal dari Martadipura. Nampaknya memang perlu studi mendalam dari para arkeologis dan budayawan Indonesia.

Ibu kota Kerajaan bernama Martapura terletak di Benua Lawas yang letaknya adalah sisi kiri mudik Sungai Mahakam atau arah Ulu seberang Muara Kaman saat ini. Martapura berarti Istana Tempat Pengharapan, dengan pendirinya adalah seorang Raja bernama Kedungga dengan istrinya bernama Sri Gabok berasal dari Negeri Tebalai Indah seberang Muara Kaman saat ini.

Kemudian hari ketika kerajaan sedang dilanda huru hara lantaran serangan gerombolan raksasa, Kudungga yang sedih tidak dapat membasmi raksasa-raksasa tersebut, akhirnya pergi bersemedi ke sebuah wilayah bernama Negeri Pantun yang terletak di Kecamatan Muara Wahau Kutai Timur sekarang. Dalam persemediannya itu Kedungga bertemu dengan seorang pemuda tampan yang mengaku sebagai Aswawarman Pangeran dari Negeri Kalingga di India.

Kepada Aswarman kemudian Kudungga menanyakan apakah ia sanggup membantu rakyat Martadipura untuk membunuh gerombolan raksasa yang selalu merusak rumah dan menganiaya warga. Aswawarman menyanggupinya, kemudian bersama mereka berhasil mengalahkan para raksasa. Sebagai tanda bangga dan ucapan terima kasih akhirnya Aswawarman dikawinkan dengan putri Kedungga.

Dari Perawinan itu akhirnya lahir tiga orang putra, diantara tiga orang putra itu Mulawarman adalah yang terkemuka. Ia diangkat menjadi Raja Martdipura bernama Maharaja Sri Mulawarman Naladewa. Dalam prasasti Yupa ia disebutkan sebagai raja yang berani dan perkasa, mampu menaklukkan musuh di medan perang dan menjadikan negerinya sebagai bawahan.

Mulawarman juga seorang raja yang dermawan, terbukti dengan hadiah yang diberikannya pada para Brahmana berupa ribuan ekor sapi dalam sebuah upacara yang disebut Bahusuwarnakan. Nama Mulawarman sendiri artinya adalah "selembar akar" .

Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya.

Kuatnya kekuasaan Mulawarman saat itu tidak lepas dari peranan dan Jasa kaum Brahmana. Sebagai pemuka agama mereka memberikan dorongan spiritual yang memantapkan hati Mulawarman dalam mengalahkan musuh di medan perang. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa pemerintahannya.

Apalagi ketika itu perdagangan dengan negara luar dapat berjalan dengan, bandar Muara Kaman yang berada di Tanjung Gelombang, sebelah barat Bukit Berubus sekarang ramai didatangi Jung-jung dari negeri tiongkok dan India. Para pedagang India membawa berbagai dagangan seperti kain dan manik-manik, serta keagamaan yang dibarter dengan hasil alam setempat, berupa Tengkawang, rotan, dan emas.

Demikian pula pedagang Tiongkok mereka membawa berbagai guci dan barang keramik untuk dibarter dengan hasil alam setempat. Hasil alam yang melimpah, baik emas, ikan dan pertanian serta peternakan berjalan dengan baik.

Pelabuhan Tanjung Gelombang adalah sebuah pelabuhan alam yang dikeliling Danau sangat luas ketika yakni Danau lipan. Apabila ditelusuri saat ini, nampak sekali bila keberadaan Bukit Berubus dan Martapura adalah sebuah gundukan bukit yang pada masa lalu dikeliling danau luas bagaikan lautan.

Sampai saat ini bekas lokasi pelabuhannya masih ada di Muara Kaman, demikian pula dengan berbagai kanal buatan serta kubu-kubu pertahanan masih terdapat di sana. Bahkan beberapa tahun lalu beberapa Arkeolog dari Universitas Brawijaya Malang, melakukan penelitian dan menemukan banyak stuktur bangunan dari bata merah yang disinyalir adalah undakan atau pondasi bangunan candi di bukit Berubus lokasi yang sama dengan ditemukannya prasasti Yupa.

Prasasti Hilang Muara Kaman

Prasasti Hilang Muara Kaman
Prasasti berbentuk seperti ini banyak terdapat di muara kaman, dan terkadang dijadikan tungku api atau dipecah-pecah begitu saja, lantaran kurang mengertinya warga tentang sisi historis sebuah budaya

Asal Usul Danau Lipan

Dari BudayaIndonesia

Langsung ke: navigasi, cari

Asal Usul Danau Lipan


Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.

Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.

Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.

Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.

Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.

Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing."

Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.

Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih.

Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.

Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya." Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.

Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.

Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.


(Disadur dari Masdari Ahmad, Kumpulan Cerita Rakyat Kutai, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1979)

Asal Usul Danau Lipan

Dari BudayaIndonesia

Langsung ke: navigasi, cari

Asal Usul Danau Lipan


Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.

Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.

Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.

Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.

Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.

Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing."

Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.

Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih.

Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.

Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya." Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.

Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.

Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.


(Disadur dari Masdari Ahmad, Kumpulan Cerita Rakyat Kutai, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1979)

Sejarah Kita Berawal dari Kutai
PERIODE awal sejarah ditetapkan berdasarkan sumber data tekstual paling tua. Bagi sejarah Indonesia, sejumlah prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman, Kutai Kartanegara, merupakan sumber data tekstual tertua yang pernah ditemukan. Kampung Muara Kaman terletak di pertemuan Sungai Mahakam, dengan salah satu anak sungainya, yakni Sungai Kedang Rantau.

PERJALANAN menuju kampung tersebut bisa ditempuh dengan kendaraan darat maupun dengan kapal menyusuri Sungai Mahakam, mulai dari Samarinda yang berjarak sekitar 110 kilometer ke arah hulu Mahakam.

Meski tidak berangka tahun, secara paleografis, aksara Pallawa dalam prasasti Yupa yang ditemukan di Muara Kaman itu diperkirakan berasal dari permulaan abad V atau sekitar tahun 400 Masehi.

Artinya, di Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang terletak di pedalaman Sungai Mahakam itu merupakan tempat bermulanya zaman sejarah bagi negara Indonesia.

Dari berbagai temuan di Kalimantan Timur, ada berbagai komunitas budaya dengan peradaban yang cukup tinggi. Bahkan, komunitas budaya ini sebenarnya sudah muncul di kawasan ini sejak ribuan tahun lalu.

Misalnya yang sangat menarik adalah temuan goa-goa di Kalimantan Timur. Goa yang menjadi tempat tinggal manusia masa lalu ini dilengkapi dengan hiasan-hiasan atau lukisan purbakala pada dindingnya.

Kekayaan masa lalu ini ditemukan Tim Ekspedisi Kalimantanthrope dalam penjelajahannya yang berakhir 20 Juni 2001. Mereka menemukan lukisan pada dinding-dinding goa di kawasan Gunung Marang, sekitar 400 kilometer utara Balikpapan, beserta pecahan-pecahan perkakas tembikar dan sejumlah makam.

Temuan-temuan itu diduga berasal dari masa prasejarah dan diperkirakan telah berusia 10.000 tahun. Sebuah tradisi kuno yang sangat menarik, yang mungkin sama sekali tidak dilanjutkan pada negara yang saat ini ada, sekalipun sudah melewati perjalanan sejarah yang sangat panjang.

BUKTI-bukti tersebut setidaknya menunjukkan bahwa pada masa lalunya, Kalimantan "lebih maju" dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Penggalian di lokasi situs sejarah Kerajaan Kutai di Muara Kaman juga menemukan berbagai artefak, seperti sisa-sisa atau reruntuhan candi berupa peripih, manik-manik, gerabah, patung perunggu, dan keramik yang sangat indah.

Hal itu membuktikan nenek moyang orang Kutai pada masanya sudah berperadaban sangat maju. Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.

Dalam salah satu prasasti Yupa disebutkan, pada masa Kerajaan Kutai Martapura ada persembahan emas yang sangat banyak, juga persembahan sapi yang mencapai 20.000 ekor jumlahnya.

Bisa jadi hal tersebut juga menunjukkan betapa makmurnya masyarakat Kutai waktu itu. Ternyata, kondisi masa lalu itu berbanding terbalik dengan masa sekarang.

Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Kartanegara, sekarang ini sangat jauh tertinggal, khususnya jika dibandingkan dengan daerah lain, sebut saja daerah di Pulau Jawa. Paling mudah dilihat adalah bidang yang menyangkut infrastruktur transportasi. Ini terbukti dengan masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau transportasi.

Demikian pula dengan angka kemiskinan masih sangat tinggi. Seharusnya dengan sumber daya alam yang melimpah ruah, warga Kutai Kartanegara bisa makmur sejahtera. Tidak seperti sekarang, dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APDB) sebesar Rp 2,9 triliun, angka kemiskinan masih begitu tinggi.

KABUPATEN Kutai Kartanegara hanya berpenduduk sekitar 460.000 jiwa. Namun, dengan APBD sebesar itu, kabupaten tersebut ternyata memiliki 54.836 jiwa yang masih miskin atau sekitar 12 persen dari jumlah penduduknya. Bahkan, APBD tersebut lebih besar dibandingkan dengan APBD Provinsi Jawa Tengah yang sebesar Rp 2 triliun, tetapi jumlah penduduknya 31 juta orang.

Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan kabupaten atau kota lain di Kalimantan Timur, Kutai Kartanegara merupakan penyumbang terbesar penduduk miskin atau sekitar 19 persen dari total penduduk miskin di Kalimantan Timur yang mencapai sekitar 290.000 orang.

Tidak ada salahnya pejabat Kutai Kartanegara belajar dari nenek moyang mereka, warga Kutai Martapura abad V yang lalu. Hal itu bisa diawali dengan mengkaji peninggalan budaya nenek moyang mereka yang mencapai kejayaan pada masa Raja Mulawarman. Raja Mulawarman digambarkan dalam prasasti Yupa yang didirikan para brahmana itu sebagai raja yang mulia dan berperadaban baik.

Tidak seperti sekarang, contohnya dalam eksploitasi kekayaan alam terlihat dilakukan secara semena-mena, bahkan terkesan mengorbankan rakyat sendiri. Seperti yang dialami warga Desa Kertabuana, Kecamatan Tenggarong Seberang, yang kehilangan sawah mereka akibat penambangan batu bara. Bahkan, bendungan irigasi pun kalau perlu dibatalkan pembangunannya untuk tambang batu bara, seperti bendungan di Separi, Kecamatan Tenggarong Seberang.

Penggalian batu bara secara terbuka itu menyisakan lubang- lubang dan kolam raksasa, menimbulkan kerusakan parah yang bisa menimbulkan bencana lingkungan. Sejarah berawal di Kutai, semoga tidak berakhir di Kutai.
__________________

Sabtu, 13 Maret 2010

ZAMAN KERAJAAN DI INDONESIA

Oleh: AsianBrain.com Content Team

Zaman Kerajaan di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu kerajaan Hindu dan Buddha sedangkan sistem perekonomian yang di gunakan pada waktu itu adalah perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah pun bisa terjalin.

Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindu lah yang pertama masuk ke Indonesia dengn diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Berikut daftar kerajaan di Indonesia.

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesi, kerajaan ini didirikan pada tahun 400 M, di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Raja-raja yang memerintah ialah :

* Kudungga(raja pertartama).
* Aswamarman.
* Mulawarman.

2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu, didirikan pada tahun 450 M, di Jawa Barat. Raja yang memerintah ialah Pernawarman.

3. Kerajaan Kaling

Kerajaan Kaling didirikan pada tahun 674 di Jepara, Jawa Tengah. Raja yang memerintah ialah Ratu Sima. Pendeta yang terkenal ialah lhanabhadra.

4. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 di Sunmatra (kerajaan Buddha). Raja-raja yang memerintah ialah:

* Sri Jayanaga.
* Balaputradewa.
* Sri Sangrawijayatunggawarman.

Guru agama Buddha yang terkenal ialah Sakyakirti

Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya antara lain :

* Serangan raja Colamandaladari India.
* Serangan Raja Kertanegara dari Singasari.

5. Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Sriwijaya, tetapi pada tahun 692 kerajaan ini telah dikuasai Sriwijaya.

6. Kerajaan Mataram Hindu

Kerajaan Mataram Hindu berdiri di Jawa Tengah dengan ibukota Medang Kamulan.

Raja-raja yang memerintah ialah :

* Sarna
* Sanaya yang bergelar Raka Mataram Ratu Sanjaya.
* Rakai Panangkara, yang bergelar Syailendra Sri Mahraja Dyah Pancapana Rakai Panangkarana

Setelah memerintah Rakai Panagkaran, Mataram pecah menjadi dua. Sebagai pemeluk agama Buddha, sebagai pemeluk agama Hinsu. Syailendra Buddha berkuasa di Jawa Tengah Selatan, Syailendara Hindu berkuasa di sekitar pegunungan Dieng. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram disatukan kembali

Raja-raja yang selanjutnya ialah :

* Belitung yang bergelar Rakai Watukara.
* Daksa.
* Tulodong
* Wawa
* Mpu Sendok.

7. Kerajaan Wangsa Isyana

Mpu Sendok memindahkan pusat pemerintahan Syailendra Ke Jawa Timur pada tahun 929, kemudian membentuk wangsa baru, yaitu Wangsa Isyana,
Raja-raja yang memerintah

* Mpu Sendok, bergelar Maharaj Rake Hino Sri Isyana Wikramadharmotunggadewa.
* Sri Isyanatunggawijaya
* Makutawangsawardhana.
* Darmawangsa, bergelar Sri Darmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa.
* Airlangga, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.

Tahun 1401 kerajaan kahuripan di bagi menjadi dua 2 (tugas pembagian di serahkan kepada Mpu Bharada), yaitu :

* Janggala atau Singasari, dengan ibukota Kahuripan.
* Panjalu atau Kediri, dengan ibukota di Daha.

8. Kerajaan Kediri

Kerajaan Janggala di perintah oleh Raja Mapanji Garakasan.
Kerajaan Kediri di perintah oleh raja Sri Samarawijaya.
Perebut kekuasaan antara jenggala dan kediri berlangsung sampai tahun1520. Selanjutnya selama kurang lebih setengah abad ke dua kerajaan tersebut tidak disebut-sebut lagi dalam sejarah.

Tahun 117 kerajaan ini tampil lagi dengan rajanya :

* Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameswara.
* Jaya baya, bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji jaya Jayabaya
Pada masa itu, kitab Baharata Yudha di gubah oleh Mpu sedihdan di lanjutkan Mpu Panuluh (Mpu Sedah meninggalkan sebelum kitabnya selesai)
* Mpu Penuluh juga menulis buku Hariwangsa dan Gatutkacasraya.
* Sri Aryeswara.
* Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata.

Pujangga yang terkenal pada masa itu adalah :

* Mpu Tanakung, karyanya Werasancaya dan Lubdaka.
* Mpu Darmaja, karyanya Smaradhahana.

Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222, karena ditaklukkan oleh Ken Arok.

9. Kerajaan Bali

A. Raja-raja Wangsa Warmadewa

Salah satu wangsa terkenal yang memerintah di bali ialah wangsa Warmadewa.
Raja yang terkenal ialah :

* Sri Candrabhaysingka Warmadewa.
* Udayana, bergelar Dhamodayana Warmadewa.

Udayana, berputar tiga orang yaitu :

* Airlangga, yang menjadi menantu Raja Dharmawangsa, dan kemudian menjadi raja Kahuripan (kerajaan wangsa Isyana).
* Marataka, yang menggantikan Udayana (tetapi tidak terkenal).
* Anak Wungsu, yang menggantikan tahta Marataka tahun 1049.
* Dari pemerintahan Anak Wungsu di tinggalkan 28 buah prasasti Singkat, yang antara lain di temukan di goa Gajah, Gunung Kawi (Tampak Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.

B. Raja-Raja Lain di Bali

Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa, Pulau Bali di perintah oleh raja-raja lain yang
Berganti-ganti, yang terkenal di antaranya :

* Jayasakti, mempunyai kitab undang-undang yaitu uttara Widhi Balawan dan Rajawacana (1133 – 1150).
* Jayapangus, menggunakan kitab undang-undang Manawasasa nadharma (117 – 1181).
* Tahu 1284 Kerajaan Bali di taklukan oleh Kertanegara dari Singa-sari.

10. Kerajaan Singasari

Riwayat dan pemerintahan Ken Arok serta raja-raja Singasari terdapat dalam buku Pararaton dan negara kertagama.
Raja-raja yang memerintah ialah :

1) Ken Arok.

Ken Arok menjadi raja Singasari setelah membunuh Tumapel Tunggul Ametung dan menaklukkan Kerajaan Kediri tahun 1222 di Ganter. Ken Arok sebagai pendiri dan raja pertama di Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi, kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan wangsa Rajasa.

2) Anusapati (anak Tunggul Ametung - Ken Dedes).

Anusapati menjadi raja Setelah membunuh Ken Arok (ayah tirinya), dengan menyuruh seorang pengalasan (budak).

3) Tohjaya (anak Ken Arok - Ken Umang).

Tohjaya menjadi raja setelah membunuh Anusapati. Tahun 1248 timbul pemberontakan yang dilancarkan oleh :

* Ranggawuni (anak Anusapati).
* Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongaleleng atau cucu Ken Arok dan Ken dedes)

4) Ranggawuni.

Bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana 1248 - 1268.
Wisnuwardhana memerintah Singasari bersama-sama Mahisa Cempaka sebagai Ratu Anggabaya, yaitu pejabat tinggi yang bertugas menanggulangi bahaya yang mengancam kerajaan, gelarnya Narasinghamurti.

5) Kertanegara.

Bergelar Srimaharajadhiraja Sri Kartanegara (1269 – I292), merupakan raja Singasari yang terbesar. Tahun 1275 dikirimnya ekspedisi Pamalayu. Daerah-daerah yang ditaklukkannya antara lain Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) dan Gurun (Maluku) serta mengadakan hubungan persahabatan dengan Jaya Singawarman - Raja Campa. Tahun 1292 di taklukan oleh Jayakatwang dari Kediri.

11. Kerajaan Majapahit

1) Kertarajasa, Jayawardhana (1292-1309).

Didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tal atau cucu Mahisa Campaka) pada tahun 1292 setelah memperdayai bala tentara Kubilai Khan dan Cina yang bermaksud menghukum Raja Jawa yang tela menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa pemerintahan Kertanegara di Singasari.
Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwag dari Kediri, maka bala tentara Kubilai Khan menghancurkan Kediri, Yang selanjutnya atas siasat Raden Wijaya di bantu oleh Arya Wiraraja, bala tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden wijaya menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarejasa Jayawardhana.
Raden Wijaya memperistri 4 orang putri Kertanegara, yaitu :

* Tribuana, sebagai permaisuri.
* Gayatri. yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit.
* Narendraduhita.
* Prajnaparamita.

Tahun 1309 Raja Kertarajasa wafat, meninggalkan tiga orang putra:

* Jayanegara (dari permaisuri).
* Sri Gitarya (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Kahuripan
* Dyah Wiyat (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Daha.

2) Sri Jayanegara (1309 - 1329).

Jayanegara menggantikan ayahandanya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada masa pemerintahannya timbul pemberontakan, yaitu

* Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban.
* Pemberontakan Sora, pada tahun 1311.
* Pemberontakan Nambi, pada tahun 1316.
* Pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. lbukota Majapahit berhasil diduduki dan raja

Jayanegara mengungsi ke desa Bedander dikawal oleh 15 orang pengawal setia (pasukan Bhayangkari) di bawah pimpinan Gajah Mada. Atas usaha Gajah Mada ibukota dapat direbut lagi, dan kembali Jayanegara bertahta, Atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi patih Kahuripan dan kemudian Kediri.

Dalam pemerintahannya Raja Jayanegara menggunakan lambang Minadwaya (dua ekor ikan)

3) TribhuwanaTunggadewi (1328 -1350)

Jayanegara wfat tidak meninggalkan putra, maka Gayatri atau Rajapatni berhak menjadi raja. Karena Gayatri telah menjadi bhiksuni (pendeta agama Buddha), maka diwakilkan kepada Sri Gitarya, Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana.

Timbul pemberontakan Sadeng, yang dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, karena jasanya pada tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri, yang pada saat pelantikannya mengucapkan Sumpah Palapa. Tahun 1350 Gayatri atau Rajapatni wafat, Tribuwana yang mewakilinya menyerahkan kekuasaan itu pada anaknya bernama, Hayam Wuruk.

4) Rajasanegara (1350 -13891)

Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun, bergelar Rajasanegara, merupakan raja terbesar dalam sejarah Majapahit dengan Gajah Mada sebagai Mahapatih.

Kekuasaannya meliputi seluruh Kepulauan Nusantara, bahkan masih ditambah dengan Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.

Karya sastra yang terkenal diantaranya :

* Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
* Sutasoma atau Parusadashanta dan Arjunawijaya karya Mpu Tantular.

Tahun 1364 Gajah Mada wafat, kedudukannya diganti oleh 4 orang menteri. Tahun 1389 Hayam Wuruk Wafat.

5) Wikramawardhana (1389 - 1429)

Hayam Wuruk dengan permaisurinya hanya mempuyai seorang putri yaitu Kusumawardhani yang selanjutnya memerintah bersama suaminya Wikramawudhana yang masih saudara sepupunya. Bhre Wirabumi, anak dari selir diberi kekuasaan memerintah daerah Blambangan, merasa tidak puas, dan merasa lebih berhak atas tahta Majapahit.

Tahun 1401 - 1406 timbul perang saudara antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana. Bhre Wirabumi gugur (Perang Paregreg). Tahun 1429 Wikramawurdhana wafat, Majapahit telah menjadi kerajaan kecil akibat dari satu persatu daerahnya melepaskau diri.

Tahun 1478 Bhatara Prabu Girindrawardhana raja Daha merebut Majapahit dari Raja Kertabumi (Raja Majapahit yang terakhir).

12. Kerajaan Samudra Pasai

Samudra Pasai adalah kerajaan Islam Nusantara yang pertama. Letaknya di Aceh Utara (sekarang masuk Kabupaten Lhoksumawe) berdiri abad 13
Raja-rajanya ialah :

* Sultan Malik al Saleh.tahun 635 Hijriah atau l297 Masehi
* Sultan Muhammad bergelar Sulatan Malik al Tathir.

13. Kerajaan Demak

1) Raden Patah(±1500 -1518).

Pada awal 1500 seorang Bupati Demak yang memeluk agama Islam yaitu Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak. Selanjutnya Demak berkembang menjadi pusat pengembangan agama Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka terputus karena Malaka dikuasai Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan Pati Unus menyerang malaka tetapi gagal.

2) Pati Unus (1518 - l 521)

Pati Unus terkenal dengan sebutan pangeran sabrang Lor, hanya tiga tahun menjadi raja.

3) Sultan Trenggana (1521 - 1546)

Sultan Trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522 mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan) untuk memimpin armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari Pajajaran.

Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam usahanya menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan antara Sunan Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran Sekar (adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).

14. Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana), berhasil membinasakan Arya Penangsang atas bantuan Kyai Ageng Pemanahan. Jaka tingkir naik tahta bergelar Adiwijaya dan memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Kerajaan Pajang tidak lama berdiri. Setelah Sultan Adiwijaya wafat terjadi perebutan kekuasaan. Arya Pangiri (anak Sunan Prawata) mencoba merebut di gagalkan Pangeran Benawa (anak Sultan Adiwijaya) dibantu Sutawijaya (anak Kyai Ageng Pemanahan). Pangeran Benawaa merasa tidak sanggup menggantikan ayah handanya, maka menyerahkan kekuasaan kepada Sutawijaya, yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Mataram.

15. Kerajaan Mataram Islam.

Sutawijaya lebih dikenal dengan Panambahan Senapati. Panembahan Senapati wafat tahun 1601.

16. Kerajaan Banten

Setelah Faletehan merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon, maka dialah yang menguasainya. Karena di demak timbul perebutan kekuasaan maka pada tahun 1522 Faletehan menyerahkan Banten kepada putranya Hasanuddin sebagai raja Banten yang pertama dan Faletehan memusatkan perhatiannya pada agama Islam di Gunung Jati, Cirebon.

Raja-raja yang lain ialah :

* Pangeran Yusuf (1570)
* Maulana Muhammad (baru berusia 9 tahun), tahun 1596 gugur dalam usahanya menyerang Palembang.
* Abdulmufakir (baru berusia 5 tahun), pemerintahan dikendalikan oleh Mangkubumi Jayanegara.

17. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka tidak terletak di kawasan Nusantara.
Raja-rajanya ialah :

* Paramisora, pelarian dari Majapahit, yang telah masuk lslam, yang telah diganti nama Sultan Iskandar Syah.
* Sultan Mansyur Syah.
* Sultan Mahmud Syah.
* Tahun 1511. Malaka jatuh ke tangan Portugis.

18. Kerajaan Aceh

Pada awal abad 16 masih merupakan kerajaan kecil, di bawah kekuasaan Pedir.

Raja-rajanya ialah :

* Sultan Ibrahim. Aceh melepaskan diri dariKerajaan Pedir. Aceh semakin maju karena Malaka di kuasai oleh Portugis, sehingga pedagang Islam dari Arab dan Gujarat mengalihkan perdagangannya ke Aceh.
* Sultan Iskandar Muda (1607-1639).Pada pemerintahannya Aceh mencapai puncak ketayaannya.

19. Kerajaan Ternate

Berdiri kira-kira Abad ke 13. Abad 14 Ternate Menjadi Kerajaan Islam. Masa Pemerintahan Sultan Baabullah Ternate Mencapai puncak kejayaannya. Tahun 1575 Sultan Baabullah Mengusir Portugis Dari Maluku. Baabullah bergelar yang di pertuan di 72 pulau, meluaskan wilayahnya sampai Filipina

20. Kerajaan Tidore

Merupakan kerajaan Islam di Maluku. Sempat diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, untuk berselisih dengan Kerajaan Ternate, tetapi berbalik kembali bahkan bersama-sama mengusir bangsa Portugis dari Maluku.

Rajanya yang terkenal adalah Sultan Nurku, yang gigih berjuang mengusir Belanda. Wilayahnya meliputi Halmahera. Seram, Kai, dan ,sampai Papua.

21. Kerajaan Makasar

Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan, yaitu Goa dan Tailo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tailo, atau Makasar dengan ibu kota sombaopu, sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Raja-rajanya ialah :

* Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alaudin. Mangkubuninya adalah raja Tailo Karaeng Matoaya bergelar Sultan Abdullah.
* Sultan Hasanuddin, masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaan

22. Kerajaan Banjar

Dengan bantuan Kerajaan Demak, abad ke-76 Kerajaan Bonjar di Kalimantan Selatan menaklukan Daha (sebuah kerajaan di pedalaman Kalimantan) Banjar adalah kerajaan Islam, dengan rajanya Raden Samudra yang Telah masuk Islam Berganti Nama Sultan Suryanullah.
Tentang Penulis: AsianBrain.com Content Team. Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA & TERBAIK di Indonesia. Didirikan oleh Anne Ahira yang kini menjadi ICON Internet Marketing Indonesia. Kunjungi situsnya: www.AsianBrain.com

No responses yet

Jan 26 2010

Keberadaan Kerajaan Sriwijaya Semakin Jelas

Published by iwantaufik under KERAJAAN NUSANTARA

Keberadaan Kerajaan Sriwijaya Semakin Jelas

Palembang (ANTARA News) - Mata rantai keberadaan Kerajaan Sriwijaya dinilai sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional semakin jelas dengan semakin intensifnya penemuan berbagai benda yang diwariskan kerajaan tersohor pada abad VII tersebut.

Namun masyarakat diminta jangan hanya memandang keberadaan kerajaan tersebut dari penemuan keraton atau istana tetapi dengan ditemukan berbagai barang peninggalan, seperti prasasti dan timbikar itu sudah merupakan salah satu eksistensi keberadaan Kerajaan Sriwijaya, kata Kepala Bidang Data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Nasional, Sonny C Wibisono ketika dijumpai disela-sela pameran arkeologi dan seminar kebudayaan “Archaeology Goes to Mall”, di Palembang, kemarin.

Menurut dia, selama beberapa dekade ini telah ditemukan berbagai barang yang membuktikan eksistensi Kerajaan Sriwijaya yang sempat berjaya di masa lampau.

Penemuan prasasti, situs dan berbagai barang yang dijadikan sarana menunjang kehidupan di jaman itu serta perhiasan, seperti gelang dan manik yang sebagian besar terbuat dari tanah liat dan tembaga membuktik peradaban di masa tersebut, katanya.

Ia mengatakan, selain peninggalan berupa barang pihaknya juga bisa menyimpulkan keberadaan suatu peradaban dilihat dari faktor lingkungan mulai dari komoditas yang terdapat dalam hutan tropis tersebut.

Sehingga bisa dipastikan Kerajaan Sriwijaya bukanlah sejarah yang hanya karangan tetapi memang eksistensi terbukti dan sampai kini mata rantainya mulai jelas, ujarnya.

Sementara itu, sampai kini penemuan sejumlah benda bersejarah di masa Kerajaan Sriwijaya lebih banyak di wilayah Kota Palembang tetapi bukan berarti pusat kerajaan tersebut di kota pempek.

Sebab berdasarkan penelurusan dan penelitian mereka kemungkinan besar pusat Kerajaan Sriwijaya berada tidak jauh dari Selat Bangka kearah Sungai Musi.

Pameran arkeologi tersebut dilaksanakan pada salah satu mall di Kota Palembang yang berlangsung pada 4-8 Desember 2008, pameran dengan tema “Jejak Peradaban Nusantara Abad VII sampai XIII, Menapak Siguntang hingga tiba di Bukit Budur”.

Selain replika prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya pengunjung bisa menyaksikan langsung replika Candi Borobudur di arena tersebut dan deskripsi sejarah dan penemuan benda yang berkaitan dengan kerajaan tersebut yang disampaikan melalui media tulis yang disusun didinding pameran.(*)

COPYRIGHT © 2008 ANTARA

PubDate: 08/12/08 16:11

No responses yet

Jan 26 2010

Kebesaran Kerajaan Sriwijaya Yang Nyaris Tak Tersisa

Published by iwantaufik under KERAJAAN NUSANTARA

Kebesaran Sriwijaya yang nyaris tak tersisa

Orang Palembang mirip China,

Kenapa mayoritas orang Palembang di Sumatra Selatan mirip China, walau ia
beragama Islam? Itulah sebagian ’sisa hidup’ peninggalan Kerajaan Sriwijaya
yang pernah
berjaya di kawasan Asia. Kerajinan tenun songket khas Palembang, pakaian
adat Palembang yang mirip China, dan tari-tarian tradisional, termasuk
peninggalan Sriwijaya yang hingga kini masih dapat kita nikmati. Apakah
empek-empek juga termasuk jenis udapan yang sudah dikenal pada masa
Sriwijaya berjaya? Mungkin saja begitu.

Pada abad ke 7 hingga 13 M, Sriwijaya mengalami zaman keemasan. Sebagai
kerajaan maritim, namanya dikenal hingga ke mancanegara. Kekuatan maritim dapat
dilacak dari peninggalan kemudi kapal Sriwijaya yang ditemukan di
Sungai Buah, Palembang, pada 1960-an. Kemudi yang terbuat dari kayu onglen
hitam itu panjangnya mencapai delapan meter. Tak heran kalau armada kapal
milik Sriwijaya mampu berlayar ke China dengan membawa komoditas perkebunan,
seperti cengkeh, pala, lada, timah, rempah-rempah, emas, dan perak.
Barang-barang itu dibeli
atau ditukar dengan porselin, kain katun, atau kain sutra.

Pada masa kegemilangannya, banyak pendatang dari mancanegara singgah ke
Sriwijaya sekadar untuk tetirah atau berniaga. Beragam jenis kapal bertambat
di pelabuhan Sungai Musi. Mereka juga bermukim di kerajaan yang dulunya
menjadi pusat pendidikan ajaran Budha dan ilmu pengetahuan. Beberapa bangsawan
dan orang kebanyakan menikah dengan
pendatang dari China. Tak heran kini mayoritas orang Palembang kebanyakan
berkulit kuning langsat dan bermata sipit. Apabila para bangsawan Sriwijaya tak
dibantai habis
pasukan Majapahit, kemungkinan mereka adalah keturunannya. Nasib ribuan
pendeta Budha juga tak jelas hingga kini. Apakah mereka dihabisi pasukan
Majapahit atau menyingkir ke Tanah Jawa, Thailand, China, dan India? Atau
mereka harus berganti agama kala Islam masuk ke bekas kerajaan Sriwijaya? Tapi
yang jelas,
sebagian dari mereka adalah keturunan para pedagang China, dan juga para bajak
laut asal
China yang menguasai jalur sungai dan laut selama 200 tahun lamanya,
usai Sriwijaya hancur lebur diserbu Majapahit. Keganasan para perompak itu
berakhir setelah Panglima Perang Chengho yang diutus penguasa China datang dan
memerangi mereka.

Sebagian perompak yang selamat dari serbuan Chengho, lalu alih usaha
di daratan, beranak pinak, dan membentuk koloni tersendiri. Mereka
memutus tradisi dan nilai-nilai yang berkembang di tanah leluhur bangsa China,
dan
sebaliknya menanamkan kehidupan khas perompak yang berangasan. Sebuah
tugu prasasti di Kampung Kapiten, Kelurahan Tujuh Ulu, Kecamatan Seberang
Ulu I, Palembang, menunjukkan pemujaan kepada Dewa Samudra, sebagai peringatan
adanya komunitas China yang menetap di Palembang. Adakah kaitan
antara mereka dan ‘Preman Palembang’ yang kini tersohor itu? Sepertinya
perlu ada penelitian yang lebih mendalam. Kalau di Palembang ada Kampung Jawa,
bisa jadi mereka adalah keturunan pasukan Majapahit yang menetap disana.

Secuil peninggalan berbentuk benda mati seperti arca kini masih bisa Anda simak
di Museum Bala Putradewa, Palembang, Sumatra Selatan. Tercatat ada 2 museum
lagi di Palembang, yaitu Museum Situs Taman Purbakala Sriwijaya (TPKS) dan
Museum Sultan Badaruddin II, namun semuanya tak terawat dengan baik. Perlu ada
upaya pemerintah untuk menyatukan ketiganya, dan menamai museum itu ‘Museum
Sriwijaya’.

Sejak penjajahan Belanda hingga kini, sisa-sisa kejayaan Sriwijaya berupa
barang antik telah pindah tangan ke luar negeri. Palembang, Jambi, dan Lampung
adalah padang perburuan
bagi kolektor dan pedagang barang antik. Kini tak lagi tersisa.

Dimanakah pusat Kerajaan Sriwijaya?

Itulah pertanyaan yang hingga kini masih menggantung, karena belum juga
ditemukan peninggalan istana atau kraton. Kemungkinan besar pada saat
penyerbuan pasukan Majapahit, istana tersebut dibumi hanguskan. Sejumlah
manuskrip dan prasasti tentang kerajaan Sriwijaya juga banyak yang telah rusak,
hilang, atau masih terkubur dalam tanah. Ketidak lengkapan temuan arkeologis
tersebut menyebabkan para peneliti kesulitan menyusun sejarah kemunculan
dan pertumbuhan Kerajaan Sriwijaya secara lengkap dan runtut.

Sejarah Sriwijaya justru banyak disusun berdasarkan berita-berita dari
pengelana asing, seperti dari China, India atau Arab. Setidaknya ada 18 situs
dari masa Sriwijaya di Palembang. Empat situs diantaranya memiliki penanggalan
sekitar abad ke-7 sampai ke-9, yaitu situs Candi Angsoka, prasasti Kedukan
Bukit, situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Beberapa prasasti juga
telah ditemukan, yang isinya menceritakan keberadaan Sriwijaya dan kutukan bagi
para pembangkang. Beberapa peninggalan Sriwijaya juga ditemukan di Jambi,
Lampung, Riau, dan Thailand.

Kebesaran Sriwijaya juga terlacak dari peninggalan di India dan Jawa. Prasasti
Dewapaladewa dari Nalanda, India, abad ke-9 Masehi menyebutkan, Raja
Balaputradewa dari Swarnadipa (Sriwijaya) membuat sebuah biara. Prasasti
Rajaraja I tahun 1046 mengisahkan pula, Raja Kataha dan Sriwiyasa
Marajayayottunggawarman dari Sriwijaya menghibahkan satu wilayah desa
pembangunan biara Cudamaniwarna di kota Nagipattana. India. Manuskrip sejarah,
seperti Kitab Sejarah Dinasti Song dan Dinasti Ming, berada di China. Raja
Sriwijaya juga mendukung penuh pembangunan Candi Borobudur di Pulau
Jawa yang terbuat dari batu gunung. Sedangkan candi-candi peninggalan
Sriwijaya di Sumatra semuanya terbuat dari batu bata yang cepat aus dimakan
zaman. Kenapa? Karena lokasinya jauh dari gunung.

Kabar terakhir datang dari Malaysia. Raimy Che-Ross, peneliti Malaysia,
pada tahun lalu menemukan sebuah kota yang hilang di pedalaman Johor.
Rahasia itu terkuak berawal dari sebuah naskah kuno milik Stamford Raffles.
Ia memperkirakan reruntuhan puing itu berasal dari kota Gelanggi yang pada 1025
M diserbu pasukan Chola dari India Selatan pimpinan Raja Rajendra Cholavarman.
Kota itu
dulunya terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya. Pada 1612, Tun Seri
Lanang, bendahara Royal Court di Johor, menyebut kota Gelanggi yang
hilang sebagai Perbendaharaan Permata (Treasury of Jewels). Sebagai
catatan, pasukan Cola bergabung dengan Kerajaan Majapahit untuk menyerbu
Sriwijaya pada 1377 hingga ludes. Palembang pun lalu jadi kota mati, dan
tak lama kemudian dikuasai para perompak dari China. Para bajak laut
itu digempur pasukan China pimpinan Chengho, armada Majapahit dengan
dukungan Raja Aditiawarman dari Kerajaan Melayu.

Sriwijaya telah hilang ditelan zaman

Menurut budayawan dan ketua Dewan Kesenian Sumatra Selatan (DKSS) Djohan
Hanifah
kepada Kompas, kebesaran Sriwijaya benar-benar terputus oleh kekuasaan Kerajaan
Palembang Darussalam dan Belanda, yang membangun budaya jauh berbeda. “Beberapa
candi dan peninggalan Sriwijaya sempat dihancurkan dan dikubur dalam tanah
dengan alasan teologis. Estetika, ilmu pengetahuan, dan seni yang berkembang
pada masa Sriwijaya
tak lagi tumbuh pada masa berikutnya sampai sekarang,” ujarnya.

Kebesaran Sriwijaya
memang benar-benar telah hilang dimakan nafsu para penjarah, perselingkuhan
politik kekuasaan, penyebaran agama baru, dan lalu musnah ditelan zaman.
Kota Palembang yang kini kian metropolis dan hingar bingar membuat peninggalan
masa lalu jadi bertambah kesepian. Pertanyaan penting: Masih adakah spirit
untuk membangkitkan kembali kebesaran masa lalu di hati sanubari
masyarakat Sumatra Selatan, khususnya penduduk Palembang? Walahualam.

==================================
Runtutan Waktu (Timeline) - M/AD
_________________
400
Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah
kerajaan-kerajaan
dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain candi, patung dewa, seni
ukir, barang-barang logam.
_________________
650
Kerajaan Sriwijaya mampu mengendalikan Selat Malaka selama 640 tahun,
sejak 650 hingga ditaklukkan Singosari pada 1290.
——
Raimy Che-Ross, peneliti Malaysia, pada 2004 menemukan sebuah kota yang hilang
di pedalaman Johor (bertarikh 650 M). Berawal dari sebuah naskah kuno milik
Stamford Raffles.
Ia memperkirakan reruntuhan puing itu berasal dari kota Gelanggi yang pada
1025 diserbu pasukan Chola dari India Selatan pimpinan Raja Rajendra
Cholavarman.
_________________
671
I Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina, berangkat dari Kanton ke India.
Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta, kemudian
ia singgah di Melayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya
ke India.
_________________
682
Dapunta Hyang Sri Jayanasa bersama balatentaranya mendirikan wanua
(tempat tinggal) Sriwijaya.
__________________
684
Pembangunan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
__________________
685
I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.
_________________
692
Salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang
menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, Cina.
Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah,
emas, perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara,
Sunda, Jambi termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan
Sriwijaya berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode
permulaan. Sriwijaya dikenal juga sebagai
kerajaan maritim.
_________________
800
Candi Borobudur dibangun kerabat dan rakyat wangsa/dinasti Cailendra (750-842)
yang
berkuasa pada saat itu. Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat,
Kamboja. Borobudur tersusun dari batu lahar seluas 55 ribu m2 dan berada
di atas bukit. Candi ini sempat dipugar atas bantuan UNESCO, pada Agustus
1983 ditetapkan sebagai tempat bersejarah dunia.
—-
Prasasti Dewapaladewa dari Nalanda, India, abad ke-9 Masehi menyebutkan,
Raja Balaputradewa dari Swarnadipa (Sriwijaya) membuat sebuah biara.
_________________
1100
Islam diperkirakan mulai masuk ke Indonesia pertama kali melalui Aceh pada
abad 11-12 M (Samudra Pasai).
_________________
1025
Pasukan Chola dari India pimpinan Raja Rajendra Cholavarman menggempur
kota Gelanggi (kini Johor pedalaman). Sebelumnya menggempur kota Gangga
Negara (kini Beruas di Perak).
__________________
1046
Raja Kataha dan Sriwiyasa Marajayayottunggawarman dari Sriwijaya menghibahkan
satu wilayah desa pembangunan biara Cudamaniwarna di kota Nagipattana, India.
_________________
1270 - 1297
Malikussaleh, raja Kerajaan Islam Samudera Pasai yang pertama kali membawa
masuk ajaran Islam ke Asia Tenggara. Di samping makamnya yang sederhana,
terdapat juga makam putranya, Malikuddhahir
(1297-1326 M).
_________________
1290
Kerajaan Singosari menaklukkan Sriwijaya.
_________________
1345 - 1346
Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra Pasai dalam perjalanannya ke dan
dari China. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang
sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Cina.
Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra Pasai adalah seorang pengikut
Mahzab Syafi’i salah satu ajaran dalam Islam.
_________________
1350 - 1389
Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia
bahkan Jazirah Malaka sesuai dengan “Sumpah Palapa” Gajah Mada yang
ingin Nusantara bersatu.
____________________
1377
Kerajaan Sriwijaya runtuh sebagai akibat pemisahan negara penghibah upeti
dan penyerbuan massal oleh Kerajaan Cola dari India Selatan dan Kerajaan
Majapahit.
Akhirnya, Sriwijaya ditaklukkan armada bajak laut China. Palembang kemudian
dikuasai secara berturut-turut oleh para perompak dari China, Kesultanan
Palembang Darussalam, dan pemerintah kolonial Belanda.
_________________
?
Perompak asal China menguasai jalur sungai dan laut di Sumatra selama
200 tahun lamanya. Keganasan para perompak itu berakhir setelah Panglima
Perang Chengho yang diutus penguasa China datang dan memerangi mereka.
_________________
1512 - 1515
Tome Pires, seorang ahli obat-obatan dari Lisbon menghabiskan waktunya
di Malaka dan membuat buku yang berjudul Suma Oriental. Menurut Pires
pada masa itu sebagian besar raja-raja Sumatra beragama Islam, mulai
dari Aceh sebelah utara terus menyusur ke pesisir timur hingga
Palembang para penguasanya beragama Islam.
_________________
1600
Kerajaan Palembang Darussalam tumbuh sejak abad ke-16, namun tidak
meneruskan kebesaran Sriwijaya.
_________________
1612
Tun Seri Lanang, bendahara Royal Court di Johor, menyebut kota Gelanggi
yang hilang sebagai Perbendaharaan Permata (Treasury of Jewels). Kota ini
konon masih ada kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya.
_________________
1682 Pasukan VOC dipimpin Francois Tack dan Isaac de Saint Martin
berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC
merebut dan memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa
yang merupakan saingan VOC diusir. Orang-orang Inggris mengundurkan
diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan satu-satunya pos mereka yang
masih ada di Indonesia.
_______________
?
Sultan Mahmud Badaruddin I
__________________
?
Sultan Mahmud Badaruddin II
__________________
1700 - 1900
Kekuasaan Belanda merasuki daerah Palembang sejak awal abad ke-18 sampai
dengan pertengahan abad ke-20 M. Lebih bercorak Kristiani, dan menekankan
perdagangan untuk mengembangkan wilayah jajahan. Kondisi itu semakin menjauhkan
kemegahan Sriwijaya.
__________________
1851
Kesultanan Palembang Darussalam runtuh.
__________________
1892
Desember - JK van der Meulen menemukan prasasti Kota Kapur di dekat Sungai
Mendo, Bangka. Prasasti di atas tanggul batu itu berisi kutukan bagi mereka
yang tidak taat kepada Raja Sriwijaya.
__________________
1918
Nama Sriwijaya mulai dikenal sebagai kerajaan sejak G. Coedes menerbitkan
artikel berjudul ‘Le Royaume de Crivijaya’.
__________________
1920
17 November - Ditemukan prasasti Talangtuo di Desa Gandus, Palembang. Berisi
tulisan
huruf palawa berbahasa Melayu Kuno bertarikh 684 H, menyebutkan tentang
pembangunan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

30 Desember - Ditemukan prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Kedukan Bukit,
Palembang. Prasasti bertarikh 682 M yang dipahat batu kali itu menceritakan
perjalanan Dapunta Hyang bersama balatentaranya untuk mendirikan wanua (tempat
tinggal) Sriwijaya.

__________________
Sumber:
- Ensiklopedi Nasional Indonesia
- Kompas edisi 28 Januari 2005 halaman 30
- Wikipedia
- Sumber data lainnya

No responses yet

Jan 26 2010

Urutan RAJA-RAJA SRIWIJAYA

Published by iwantaufik under KERAJAAN NUSANTARA

Para Maharaja Sriwijaya[28]
Date
King’s name
Capital
Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa

683 Jayanasa Palembang
Prasasti Kedukan Bukit (683),
Talang Tuo (684), dan Kota Kapur
Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa Tengah
702 Indravarman
Utusan ke Tiongkok 702-716, 724
728 Rudra Vikraman atau Lieou-t’eng-wei-kong Utusan ke Tiongkok 728-748
Tidak ada berita pada periode 728-775
790 Dharmasetu
Nakhon Si Thammarat (Ligor)
Vat Sema Muang
775 Sangramadhananjaya or Vishnu Jawa
Ligor
Naskah Arab (790)
Memulai pembangunan Borobudur pada 770, menaklukkan Kamboja selatan
792 Samaratungga
Jawa
802 kehilangan jajahannya di Kamboja,
825 menyelesaikan pembangunan Borobudur
835 Balaputra
Sri Kaluhunan Jawa-
Palembang Kehilangan Jawa Tengah,
Prasasti Nalanda (860)

Tidak ada berita pada periode 835-960
960 Sri Uda Haridana atau Çri Udayadityavarman Palembang Utusan ke Tiongkok 960
961 Sri Wuja atau Çri Udayadityan Palembang Utusan ke Tiongkok 961-962
Tidak ada berita pada periode 961-980
980 Hia-Tche Palembang Utusan ke Tiongkok 980-983
988 Sri Culamanivarmadeva
Palembang Utusan ke Tiongkok 988-992-1003
990 Jawa menyerang Palembang, pembangunan kuil untuk Kaisar China, Prasasti Tanjore atau Prasasti Leiden (1044), pemberian anugrah desa oleh raja-raja I
1008 Sri Maravijayottungga
Palembang Utusan ke Tiongkok 1008
1017 Sumatrabhumi
Palembang Utusan ke Tiongkok 1017
1025 Sangramavijayottungga
Palembang Diserang oleh Rajendra Chola
Prasasti Chola pada candi Rajaraja, Tanjore
1028 Sri Deva
Palembang Utusan ke Tiongkok 1028
Tidak ada berita pada periode 1028-1064
1064 Dharmavira
Solok, Jambi

Tidak ada berita pada periode 1064-1156
1156 Sri Maharaja
Palembang Utusan ke Tiongkok 1156
Tidak ada berita pada periode 1156-1178

No responses yet

Jan 07 2010

Kerajaan Sriwijaya 3

Published by iwantaufik under KERAJAAN NUSANTARA

Sejarah Bangsa Indonesia: Kebesaran Sriwijaya

Ini dongeng bukan sembarang dongeng, tetapi dongeng yang ilmiah, ada bukti-bukti sejarahnya. Dan juga dongeng tentang romantika kejayaan masa lampau yang megah yang pernah dicapai nenek moyang kita di masa lalu yang jauh. Semoga dengan sejarah kebesaran nenek moyang kita ini, maka akan tersirat pada hati kita, bahwa kita adalah bangsa yang besar. (sumbernya: South East Asia History, karangan DGE Hall).

1. Seorang raja muda Khmer (Sekarang Kamboja) tanpa memperhitungkan akibatnya telah membual dengan menyatakan keinginannya menyantap kepala Maharaja Sriwijaya di piringnya. Bualan itu sampai pada telinga Maharaja, yang kemudian menanggapinya dengan melakukan serangan yang mengejutkan atas ibukota Khmer dan kemudian menawan Rajanya dan memenggal kepalanya. Sambil membawanya pulang beliau membalsemnya dan mengirimkan kembali dalam kuali sebagai peringatan kepada pengganti raja itu.
Sebuah prasasti di Khmer pada masa belakangan menyebutkan bahwa Jayawarman II sebelum naik tahta telah mengunjungi Jawa. Jelasnya Jayawarman II adalah raja yang ditunjuk Sriwijaya sebagai pengganti raja yang dihabisi oleh Sriwijaya tersebut yang sebelumnya dibawa ke istana Syailendra untuk mengabdi dan dididik agar jangan mengulangi perbuatan raja yang dipenggal kepalanya tadi.
Cerita ini terjadi pada tahun 851, jaman keemasan Sriwijaya saat Sriwijaya juga berkuasa atas Sumatra dan Jawa Tengah dengan bukti kemakmuran dan kemegahan yang tak terbantah yaitu telah membangun monumen paling indah, Borobudur. Cerita ini dituliskan oleh orang Arab bernama Abu Zaid Hasan, dari cerita pelayaran seorang pedagang bernama Sulayman.

2. Pada tahun 671 seorang pendeta budha dari negeri China bernama I Tsing dalam perjalanannya ke India dia mampir ke Srivijaya untuk belajar tata bahasa sanskerta, betapa pentingnya Sriwijaya waktu itu. Dia mengatakan di Sriwijaya ada lebih dari seribu pendeta. Setelah tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya dia bertolak ke Nalanda, India untuk belajar di Universitas Budha mempelajari Mahayana, selama 13 tahun di sana. Kemudian pada tahun 685 kembali ke Sriwijaya untuk menterjemahkan teks Budha ke dalam Bahasa China dan menyusun buku memoarnya yang makan waktu 4 tahun di Sriwijaya. Pada tahun 689 karena kebutuhan alat tulis dan pembantu maka I Tsing bertolak ke Kanton dan kembali ke Sriwijaya dengan 4 orang teman untuk merampungkan memoirnya yang akhirnya diselesikan pada 692 dan pada 695 ia kembali ke China.

3. Pada tahun 1005 seorang raja Sriwijaya membangun Vihara di Negapatam, pantai Timur India, dan Raja Chola, menghadiahkan hasil pajak tahunannya sebuah tempat bagi para saudagar Sriwijaya untuk singgah, berdiam dan memuja. Hal ini menunjukkan pada waktu itu sudah intensif hubungan dagang antara Sriwijaya dengan India. Pada era bersamaa ada sebuah catatan China yang mengatakan bahwa pada masa itu hidup Seorang reformis Agama Budha di Tibet bernama Atisa yang mengatakan telah belajar di Sriwijaya dari tahun 1011 sampai dengan 1023 pada seorang mahaguru Dharmakirti namanya, seorang kepala kuil Budaha di Sumatra. Dalam biografi Atisa disebutkan Sumatra merupakan pusat terbesar agama Budha dan Dharmakirti sarjana terbesar pada masa itu.

Catatan :

* Dalam catatan arab nama Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan Kerajaan Zabag karena bandar utamanya berada di Muara Sabak di Sungai Batanghari

* Dalam catatan China nama Sriwijaya dikenal dengan Che-Li-Fo-Che dan pusat kerajaannya di Pa-Len-Fong (Palembang)

* Universitas tertua di Dunia adalah Academia (Universita yang didirikan oleh Filsuf Yunani bernama Plato) dan kemudian Leichon/ Liceum (Universitas yang didirikan Aristoteles, murid Plato yang paling cemerlang) keduanya pada abad ke III SM baru kemudian disusul oleh Universitas Nalanda yang mengajarkan teologi agama Budha pada abad ke V M.

* Pada jaman kuno Universitas tertua yang tercatat adalah Universitas di Yunani, Universitas Nalanda India, kemudian Universitas Gundisapur di Iran dan Universitas Alexandria di Mesir, Universitas Maroko baru setelah renaisance di Eropa ada Universitas Bologna, Universitas Pisa di Italia, Universitas de Paris di Perancis dan Universitas Oxford, Universitas Cambridge, di Inggris, Jerman dan Amerika baru menyusul kemudian.

(dari seorang kawan: M Yusron, milis Sekar DPD-CO)

No responses yet

Jan 05 2010

kerajaan Sriwijaya

Published by iwantaufik under KERAJAAN NUSANTARA

DINASTI WANGSA SALENDRA DAN KERAJAAN SRIWIJAYA
(menelusuri jejak,menguak sejarah)
D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

H.MUSLIHUN

Pembukaan
Kita akan membicarakan suatu kerajaan besar yang ada dibukit barisan sumatera bagian selatan,ialah kerajaan Sriwijaya.
Tentu ada yang belum jelas wilayah bukit barisan Sumatera bagian Selatan,untuk mengetahui letaknya lebih dan kurang dapat kita tarik garis dari Bukit Tunjuk di Lahat,ke Gunung Dempo,terus ke Gunung Bungkuk Ulu Bengkulu,keselatan menyelusuri Bukit sampai diujung pulau sumatera di kota Kerui terus ke Ranau masuk Tumutan terus ke Bukit Tunjuk lagi
Kawasan itu banyak dataran tinggi yang luas dan subur,dahulunya di huni manusia.dataran tinggi tersebut dihubungkan oleh hutan yang terjal dan luas,sebagai habitat hamper semua jenis Binatang termasuk binatang buas.
Untuk mengatasi tantangan alam mereka hidup berkelompok-kelompok ada kelompok besar dan ada kelompok kecil,akibatnya banyak suku dan logat bahasa yang berbeda.
Kapan dating dan mulainya mereka mempunyai Aksara sendiri ,dan perhitungan waktu berdasarkan gerak Binatang,akibatnya mereka bebudaya tinggi dan peradapan dan Tata Adat sendiri,hingga kita suilit mencari pemisah antara Prasejarah da zaman sejarah.

Berdsarkan hasil penelitian kami dipedalaman Sumatera Selatan zaman kuno telah tiga kali berdiri kerajaan besar.
Kerajaan-kerajaan tersebut adalah
A.Kerajaan Srijaya
• .masa kekuasaan sekitar 0-200 masehi
• Pusat kerjaan di tumutan Tujuh Kisam Tinggi Semendo Darat (po pitu)sumatera sealatan
• Lambing Kerajaan Burung Srigunting penduduk Di Pedalaman Menyebutnya Burung Sawi
• Kerajaan di pimpin oleh Ratu Agung Srijaya (Ratu Agung)
B.Kerajaan Sri Buana
• Masa kekuasaan ± tahun 300-500 masehi
• Pusat kerajaan di Endikat Kabupaten Lahat,Sumatera Selatan.
• Lambing kerajaan Burung Rajawali
• Di pimpin Ratu Sri Buana (Ratu Agung II )
C.Kerajaan Sriwijaya
• Masa kekuasaan mulai abad ke-6 sampai akhir abad ke-7 masehi Pusat kekuasaan terletak di Bukit Barisan bagian barat masuk Kabupaten Kaur,Propinsi Bengkulu.kerajaan didukung oleh ± 40 kerajaan-kerajaan wilayah yang otonom,tersebar didaerah bekas kerajaan Srijaya dan Sribuana dan di pantai Barat Provinsi Bengkulu Bagian selatan.
• Lambing kerajaan Burung Garuda Sakti
• Dipimpin oleh Ratu Agung Sriwijaya ( Ratu Agung II ).setelah hampir dua abad kekuasaan berpusat di Kaki Bukit Barisan.Timbul perintah Daputa Hyang untuk menutup wilayah kerajaan dan di rahasiakan.Pusat pemerintahan kerajaan di pindahkan ke Palembang dan kerajaan wilayah (Raja Kecil) pindah menyebar dari Riau sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Khusus Raja wilayah yang pindah ke Jawa Tengah di pesan secepatnya banyak membangun Candi,untuk mengalihkan perhatian,penutupan kerajaan yang ada di Bukit Barisan tujuannya untuk menjadikan jagad maju.proses penutupan kerajaan sriwijaya yang berpusat di Bukit Barisan dan penyebaran Raja-Raja wilayah (Raja Kecil ),dapat kita ketahui dengan mempelajari maksud prasasti- prasastidikeluarkan oleh pusat kerajaan dan Raja-raja wilayah setelah mereka di tempat baru, prasasti itu telah banyak di kutib dalam buku Sejarah Nasional jilid II

Prasasti- prasasti itu antara lain:
Prasasti Kedudukan Bukit
Disebut Prasasti Kedudukan Bukit karena ditemukan di daerah Kedudukan Bukit,di tepi sungai Tatang dekat Palembang dengan angka tahun 604 Saka atau 682 Masehi berhuruf Pallawa dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti setelah kami pelajari isinya tentang keberangkatan Raja Sriwijaya meninggalkan istananya terletak di Bukit Barisan bagian Barat.Sekarang daerah Bengkulu,untuk pindah ke tempat baru ialah Palembang,perjalanan itu sebagai berikut.:
a. pada tanggal 23 April tahun 682 masehi Maha Raja dan rombongannya meninggalkan istana melalui sungai,ini namanya Sungai Kinal.tiba di darat melintas bukit menuju Menara induk,yang terletak di tepi Sungai Suci.Menara induk terkenal yempat Raja melihat Laut,daerah ini penduduk setempat di sebut daerah Gunung Kumbang.dari komplek Gunung Kumbang ini maha Raja meneruskan menuju komplek suci dan Desa Suci di tepi sungai Suci ialah desa Suci Tanjung Melake / Kamulan dan Bangunan Suci Bhumisambhara dan Lengga Suci.
Dalam perjalanan normal,berjalan menempuh jarak dari istana Raja yang atau yang di tinggalkan dalam waktu tiga hari akan sampai atau tiba di komplek Suci di tepi Sungai Suci,tetapi rombongan Deputa Hyang (maharaja) memakan waktu ± 24 hari,berarti waktu perjalanan tersebut oleh Deputa Hyang (Maharaja) di pergunakan untuk berziarah ketempat –tempat yang harus di hormati,terutama menara induk,dan komplek Suci di tepi sungai Suci.
b. pada tanggal 19 mei tahun 682 masehi Deputa Hyang (maharaja)besreta rombongan meneruskan perjalanan menuju Bukit Barisan Tumutan Tujuh (popitu),untuk ziarah kebekas istana kerajaan Sriijaya atau Ratu Agung I Pada hari itu Deputi Hyang (maharaja) dan rombongan berangkat mulai dari desa Suci Tanjung Melake atau desa Kamulan di halaman bangunan Suci Bhumismbhara,Komplek Suci di tepi Sungai Suci ini,terletak di wilayah Ulu Danau Sumatera Selatan,di ulu daerah Bengkulu.
c. Pada tanggal 16 juni 682 masehi deputa Hyang (maharaja) dan rombongan tiba di tujuan ialah Palembang,anggota rombongan dengan bersuka cita langsung membangun kota.
Pujangga dengan puisi berkata:
“Aceh rame,Bengkulu rame,bermasalah menjadi Tindaian (telah elok nian) Palembang masih Pancur Bawang”.
d. Prasasti Talang Tuo,Prasasti Karang Berahi,Prasasti Palas Besemah dan Prasasti Kota Kapur di tempatkan oleh raja-raja wilayah di tempat mereka yang baru,kecuali Prasasti Talang Tuo ada di Palaembang.batu-batu prasasti tersebut telah mereka persiapkan,mereka angkut dari bukit barisan,di antara prasasti tersebut prasasti kota kapuk di bangka yang jelas menyebutkan bahwa mereka dari Sriwijaya dan di tulis pula pada Prasasti tersebut mereka merindukan saudara-saudara yang pindah di Jawa,bukan perang dengan jawa,karena abad ke tujuh itu belum ada Kerajaan Di Jawa Tengah Dan Timur,prasasti-prasasti yang ada di Sumatera Bagian Selatan hanya di keluarkan pada abad ke-7,tidak ada lagi abad selanjutnya.maksud raja supayah wilayah kerajaan yang dikosongkan di bukit barisan tetap terjaga kerahasiannya,di jawa Tengah abad 7 belum ada prasasti,baru ada abad ke-8 setelah yang di pindah tiba disana

Raja-Raja Wilayah Kerajaan Sriwijaya Pindah Ke Jawa
Di atas telah disebutkan bahwa Tumutan Tujuh (po pitu) adalah Pusat kerajaan pertama ialah Srijaya setelah kami penelitian lagi bahwa yang nama Ho Ling tidak jauh dari po pitu.
Yang disebut Ho ling adalah terletak di kaki Gunung Pandan,bukit-bukit kaki gunung ini banyak terdapat dataran tinggi yang luas.
Tumutan Tujuh ( po pitu )dengan gunung pandan dihubungkan oleh bukit yang panjang bagian dari bukit barisan,salah satu bukit itu di sebut bukit pal,karena tidak ada kayunya.perlu kita ketahui bahwa Tumutan Tujuuh dan gunung pandan tempat hidup habitat binatang gajah di sumatera selatan,binatang gajah di bukit barisan dalam hal mencari makan,akan menjelajahi wialyah yang luas tetapi terukur,penduduk pedalaman memahami apabila jamur yang tumbuh pada kotoran gajah mulai membusuk maka rombongan gajah tidak lama lagi akan dating ke tempat itu.
Apabila rombongan gajah ini selesai mencari makan di gunung pandan dan sekitarnya maka akan pindah ke wilayah Tumutan Tujuh dan sebaliknya kepindahan gajah kedua tempat tersebut melalui bukit pal.pada saat rombongan gajah melalui bukit pal tampak jelas oleh penduduk desa ulu Danau,sehingga menjadai tontonan.Saya tulis soal gajah ini berhubungan dengan beberapa p rasasti yang di tulis oleh raj-raja wilayah yang pindah ke jawa tengah,tetapi ada di Sumatera Selatan.
Setelah raja-raja wilayah atau raja-raja kecil pindah ke jawa tengah,di tempat yang baru mereka mengangkat rajan wilayah bagian dari Sriwijaya.Dalam rangka pengangkatan raja mereka mengeluarkan Prasasti.Prasasti tersebut adalah sebagai berikut:
a.Prasasti Tuk Mas
Prasasti Tuk Mas terdapat di desa Lebak di lereng gunung merabu dekat magelang.Prasasti tersebut dengan huruf Pallawa bahasanya bahasa sansekerta,tahunnya tidak jelas,seorang ahli sejarah menyebutkan pertengahan abad ke VIII.

Isi prasasti pujian kepada mata air yang keluar dari gunung menjadi sebuah sungai bagaikan sungai gangga di atas tulisan prasasti tersebut di pahatkan gambar leksana dan alat-alat upacara berupa,cakra,sanka,trisula,kundi,kapak,gunting,dolmas,stap dan empat bunga fatma pada benda-benda tersebut jelas sembahan penganut agama siwa.
b,prasasti canggal
Prasasti Canggal berasal dari halaman di atas gunung wukir di kecamatan salam,magelang.prasasti ini keluarkan dalam rangka pengangkatan Sanjaya sebagai Raja di medang.isi prasasti ini memuji bangunan suci di tepi sungai suci yang letaknya di hutan kunjarakunja ( hutan banyak gajah ) dan sanjaya adalah keturunan Raja Sanna di Po pitu,dan prasasti tersebut membayar sima.

Dua prasasti diatas telah menulis batu sebagai berikut:
Prasasti pertama,telah menuliskan pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung menjadi sebuah sungai dengan mengeluarkan airnya yang dingin melalui pasir dan batu bagaikan sungai gangga pada buku prasasti terebut di pahatkan berupa bermacam-macam sakana,calah cakra,samba,trisula,kundi,kapak,guntingkudi,dolikmes,staf dan empat padma.
Prasasti kedua, prasasti ini telah menuliskan bahwa Sanjaya memuja sebuah lingga dikeliling sungai Suci,bangunan suci itu terletak diwilayah kunjarakunja,keturunan raja Sanna yang terletak di Popitu.
Kesimpulnya adalah bahwa prasasti pertama memuja sungai suci,seperti sungai gangga,prasasti kedua memuja lenga dan lengga ini lengga Suci yang terletak di tepi sungai suci,dimana sungai suci itu diwilayah Kunjarakunja,sedangkan prasasti itu dikeluarkan pada tahun 654 Saka atau 6 oktober 732 masehi,dalam rangka pengangkatan Sanjaya Raja Pertama di Medang ( jawa tengah ).karena prasasti tersebut telah menyebutkan bahwa sanjaya memuja sungai suci,lengga suci itu terletak di hutan Kunjarakunja
( hutan yang banyak gajah ) maka telah dapat di simpulkan bahwa raja sanjaya yang di lantik di medang tahun 732 M tersebut adalah Raja wilayah kerajaan Sriwijaya yang pindah ke jawa tengah.

Parasasti Kelurak
Dalam rangka mambangun candi-candi di jawa Raja Sriwijaya pada salah satu candi mengeluarkan Prasasti namanya Prasasti kelurak 26 September 782 M disana tertulis Raja Sriwijaya sang permata wangsa salendra sebagai Sriwirawairiwarawimardana yang berarti pembunuh musuh-musuh yang gagah perwira.

Prasasti Natalanta (di India)
Parasasti ini dibuat Raja Balaputradewa dituliskan Saidendramasnsdilaka Sriwirawairimarlana atau keluarga salendra pembunuh musuh-musuh tiada bersisa

Parasasti Ligor
Raja Sriwijaya Balaputradewa sepulanh di India mampir di Malaka beliau menulis pada prasasti yang lebih dulu ditanam disana bahwa Raja Sriwijaya adalah menuliskan nama Raja Wisnu dengan gelar Sarwarmodawimathama.
Dengan tiga prasasti sudah cukup bahwa raja-raja Sriwijaya Wangsa Salendra.

Istilah mataram dan rakai mataram
pada awal abad VII Wangsa Salendra telah menyebar di Pantai Timur Sumatera,di Riau darat dan Laut,Jambi,Bangka,Belitung sampai ke Lampung Selatan,dan Semenanjung Malaka.
Waktu Raja Wilayah pindah kesuatu tempat,mereka mendarat,tempat tersebut belum ada namanya,mereka namakan Tanjung Malake mengambil nama Desa Suci di Bhumisimbhara,nama itu semenanjung malakasekarang Malaysia,mereka tanam prasasti namanya prasasti Ligor.
Setelah raja wilaaaayah sebagian besar telah menempati tempat masing-masing,pusat pemerintahan Sriwijaya di Palembang Pindah Agama Budha,( tentang pindah agama tidak kami bicarakan disini ) sementara khusus raja wilayah,di jawa tengah tetap agama hindu / siwa.
Pada akhir abad ke delapan Raja Sriwijaya pergi ke jawa untuk membangun Biara-biara Budha.Sementara raja-raja wilayah yang tetap menganut agama Hindu/siwa membangun Candi Siwa,maka di jawa tengah dua macam Bangunan Candi,Budha dan Siwa.
Pada waktu Raja wilayah di Jawa Tengah sedang di jabad oleh Raja Generasi Ke IV,ialah Patapan Pu Lardan Raja Sriwijaya pada waktu itu ialah Samaratungga antara kedua Raja itu timbul perjanjian namanya Perjanjian Mataram.
Perjanjian itu dituangkan pada Prasasti,untuk Samaratungga Prasasti Karangt Tengah dan untuk Patapan Pu palar dituangkan dalam Prasasti Kayumwongon ± tahun 824 M Kata Mataram bukan Nama wilayah kerajaan.

Wangsa Isana Dan Wangsa Rajasa Di Jawa Timur

Pada tahun 928 masehi atas Perintah Maharaja Pemerintahan Keraqjaan di jawa Tengah ditutup dipindahkan ke Jawa Timur;
Untuk memindahkan Kerajaan di Jawa Timur di tunjuk Raja Baru ialah Pu Sinduk,ditulis pada Prasasti Sangsuran tahun 850 Saka atau 2 nagustus 928 M
Oleh Pusinduk setelah Menjadi Raja di Jawa Timur nama Wangsa Salindra diganti dengan nama wangsa Isana,Nama kerajaan tetap tidak ada karena sama dengan di Jawa tengah ialah Raja wialyah atau Raja bawahan.
Penggantian nama ini diketahui setelah Raja Airlangga mengeluarkan Prasasti Pucangan tahun 963 Saka ( 1041 M ).
Pada tahun 1222 M Dinasti Isana habis setelah tujuh kali berganti Raja dan terkhir Raja Sri Kertajaya Jaya Wardana.
Setelah habis Dinasti Isana maka timbul Dinasti baru di pimpin oleh Ken Arok,dinasti ini namanya Dinasti Rajasa ,Dinasti Rajasa lama berkuasa pada tahun 1222 M s/d 1519 M di dalam Dinasti ini ada nama kerajaan ialah Majapahit.
Di sumatera tiga kali ganti Nama Kerajaan dan di Jawa tiga kali Nama Wangsa.

BANGUNAN SUCI PUSAT LELUHUR WANGSA SAILENDRA
Untuk memperjelas temuan hasil penelitain kami menganai bangunan suci sebagai pusat leluhur wangsa Sailendra yang terletak di daerah disebelah Barat Desa Tanah Pilih Kecamatan Ulu Danau Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Sumatera Selatan,sekali gus untuk mempertsgas tujuan dan fungsi Bangunan Suci tersebut,berikut akan kami uraikan satu persatu,yaitu:
1.BHUMISAMBHARA
Bangunan bhumisambhara yang sangat besar dan tinggi ini sangat mengagumkan.fungsinya,oleh wangsa Sailendra yang telah pindah,apabila ada upacara kerajaan yang berupa persmian bangunan mengeluarkan prasastin maka harus membayar Sima, berupa tanah atau benda pusaka, dengan niat untuk dipersembahkan kepada Bharata (Dewa) di Bhumisambhara, bangunannya kelilingnya ± 5.000 M dan tinggi ± 250 M dan terdiri dari bangunan batu, ada yang halus dan ada sedikit kasar, masih ditutupi tanah dan hutan lebat, rakyat setempat tak tahu fungsi bukit ini, disebutnya bukit sunu, karena banyak kayu yang mati pada musim kemarau, bangunan ini baru sesuai sebagai peninggalan wangsa Sailendra, dengan kerajaan Sriwijaya yang tersohor karena lama dan luas kekuasaannya.

2. LINGGA SUCI
Bangunan ini berfungsi apabila ada upacara kerajaan wangsa Sailendra dimana saja, mengenai pengangkatan seorang Raja atau pejabat kerajaan, maka mereka diharuskan membayar Sima,dengan niat dipersembahkan kepada Bhatara (Dewa) di Lingga Suci, tempat asal leluhur mereka. Bangunan ini kelilingnya ± 3.000 M tinggi ± 150 M dipisahkan oleh sungai suci dengan bangunan Bhumisambhara tersebut diatas.

3. DESA TANJUNG MELAKE atau DESA LELUHUR (Kamulan)
Desa Kamulan (Tanjung Melake) berfungsi, apabila ada upacara kerajaan mengenai peresmian perluasan wilayah atau peresmian wilayah kerajaan atau pensucian daerah pemukiman penduduk kerajaan wangsa Sailendra, maka dalam upacara kerajaan mengeluarkan prasasti juga akan membayar Sima, yang dipersembahkan kepada Bhatara (Dewa) yang ada di Desa Tanjung Melake atau desa Kamulan.
4. SUNGAI SUCI
Sungai Suci ialah Sungai Luas, dimana kesuciannya masih terjaga sampai sekarang. Hal ini tercermin dari masyarakat di hulu sungai yang tidak boleh (dilarang) menegotori sungai tersebut, kalaupun dilanggar maka akan mendapat ganjaran langsung sebagai kutukan ghaib, baik diterima sendiri secara pribadi dan keluarga ataupun satu desa secara keseluruhan.
Sungai ini mengalir dari Ulu Danau bermuara di Pantai barat Sumatra, tepatnya di Tanjung Iman, kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.

Hampir keseluruhan prasasti di Jawa yang kami pelajari berhubungan dengan pusat leluhur wangsa Sailendra.
Setelah pindah ke Jawa, Wangsa Sailendra menyusun kerajaan. Dalam upacara pelantikan Raja Pertama, mereka mengeluarka prasasti Canggal dan membayar Sima untuk dipersembahkan kepada Bhatara (dewa) di Lingga Suci. Karena Sanjaya adalah Raja pertama Wangsa Sailendra yang berkuasa di Jawa, berarti bahwa kekuasaan ayah dan kakeknya masih di Sumatra Selatan.
Setiap upacara pelantikan Raja atau pejabat kerajaan dengan mengelurkan prasasti dan membayar Sima, maka Sima akan dipersembahkan kepada Lingga Suci, tetapi dalam hal ini nama Lingga Suci memiliki banyak nama dan istilah yang diganti-ganti.misalnya dapat kita lihat pada prasasti ligor di semenanjung malaka,Lingga Suci bernama trimaya centya pada Prasasti dinoyo 760 Masehi di Malang Jawa Timur,Lingga Suci di sebut Maharasi Agastya;sementara pada Prasasti klurah di Jawa tengah Istilah Lingga Suci disebut dengan kombhayuni.

Kemudian setelah 2 abad ( 200 tahun ) lebih dari dikeluarkannya Prasasti canggal tahun 732 M sampai dengan prasasti Anjung Ladang sekitar tahun 859 M yang dikeluarkan oleh Pu sindok setelah di Jawa timur,tetapi dalam hal ini masih menyebutkan membayar sima ditujukan kepada
Bhatara di walandit (maksudnya kompleks suci leluhur di Sumatera Selatan).walaupun mereka telah pindah ke Jawa timur dan berganti nama wangsa dari sailendra (sewaktu di Jawa Tengah ) menjdi wangsa Isana
( setelah di Jawa Timur),tetapi mereka tetap tunduk kepada Bhatara ( dewa ) di daerah leluhur
Walaupun nama tempat leluhur yang di sebutkan dalam prasasti yang dikeluarkan namanya berubah-rubah,tetapi maksud dan niatnya sama.dimana setiap kesempatan mendirkan bangunan baru,tempat Raja atau pengangkatan pejabat kerajaan atau pensiunan pemikiman,mengeluarkan Prasasti selalu membayar sima,untuk menghormati leluhur.Sima dipersembahkan kepada Bhatara ( Dewa ) di bhumisambhara,tetapi dengan nama lain yang sama maksudnya.nama-nama tersebut bias berupa bhatara di pastika,syang hyang dharma,bangunan suci di pastika,dharma,mastopa,Musukkhyarasta,bangunan suci di lemwung,dan lain-lain.
Apabila peresmian perluasan wilayah kerajaan,atau pencucian kampong mengeluakan Prasasti,maka sima ditunjukan kepada Bhatara
( dewa) di desa tanjung melake,desa ini adalah desa suci kesatuan leluhur sebagai cikal bakal atau mulan atau bibit wangsa sailendra,letaknya di halaman
( pekarangan ) bhimisambhara.Di desa ini ada penyeberangan yang menghubungkan bhumisambhara dengan Lingga Suci melalui Sungai Suci.

PENUTUP
Pada abad pertama kerajaan Srijaya lama Pemerintahan lebih kurang dua abad,setelah itu diganti oleh Kerajaan Sribuana,pemerintahannya selama tiga abad diteruskan oleh kerajaan Sriwijaya,saetelah dua abad pemerintahan yang berpusat dibukit barisan,pusat pemerintahannya di pindahkan ke Palembang,seluruh bangunan peninggalan ketiga kerajaan ditutupi dengan tanah berarti kerajaan di Bukit Barisan telah berjalan tujuh abad.
Berdasarkan hasil kesepakatan Maha Raja dengan Raja-raja wilayah setelah pusat pemerintahan ditutup di Bukit Barisan,Raja-raja Wilayah akan menyebar,dapat kita buktikan Prasasti Karang Birahi di Jambi,Prasasti Kota Kapur di Bangka,Prasasti Palaspasunah di Lampung Selatan,Prasasti Dinoyo dekat Malang,dan Prasasti Legor di Malaka ( Malaysia ).
Prasasti kelurak di Jawa Tengah,Prasasti LEgor di Malaka,dan Prasasti Nalada di India menyatakan Sriwijaya ada Permata wangsa Salendra,berarti kerajaan yang yang ada di Bukit Barisan selama 7 abad adalah Wangsa Sailendra.
Tulisan sya ini saya beri judul Dinasti wangsa Sailendra dan Kerajaan Sriwijaya,Menelusuri jejak,Menguak Sejarah,telah terjawab.

“batu besak terbenam,batu kecik mengapung tujuh ganti sembilan gilir”
“sungai musi hanyut kehulu”
“wabilataufik walhidaya wassalam”mualaikum Warahmatullah wabarakatuh”

Tertanda

( muslihun )